Siapa yang menempuh kebenaran dengan cahaya Iman, maka ia seperti mencari matahari dengan cahaya bintang gemerlapan.
Sesungguhnya Allah Ta’ala, Maha Pemberi Berkah dan Maha Luhur, serta Maha Terpuji, adalah Zat Yang Esa, Berdiri dengan DiriNya Sendiri, Sendiri dari yang lain dengan Sifat QidamNya, tersendiri dari yang lainNya dengan KetuhananNya, tidak dicampuri oleh apa pun dan tidak didampingi apa pun, tidak diliputi tempat, tidak pula di temukan waktu, tidak mampu difikirkan dan tidak boleh tercetus dalam imaginasi, tidak pula boleh dilihat pandangan, tidak bisa darusi kesenjangan.
Ketahuilah, tak ada yang lebih dekat kepadamu kecuali dirimu sendiri. Jika kau tidak mengetahui dirimu sendiri, bagaimana bisa mengetahui yang lain. Pengetahuanmu tentang diri sendiri dari sisi lahiriah, seperti bentuk muka, badan, anggota tubuh, dan lainnya sama sekali tak akan mengantarmu untuk mengenal Allah. Sama halnya, pengetahuanmu mengenai karakter fisikal dirimu, kalau lapar kamu makan, kalau sedih kamu menangis, dan kalau marah kamu menyerang, bukanlah kunci menuju pengetahuan tentang Allah.
Kegagalan untuk melihat kebaikan dalam peristiwa yang dialami seseorang muncul dari hilangnya keimanan seseorang. Kegagalannya untuk memahami bahwa Allahlah yang menakdirkan setiap kejadian dalam kehidupan seseorang, bahwa hidup di dunia ini tidak lain hanyalah ujian, inilah yang menghalangi dirinya untuk menyadari kebaikan apa pun dalam setiap peristiwa yang terjadi padanya.
… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
(al-Baqarah: 216)
Di dalam sebuah hadits Qudsy diterangkan: Barang-siapa selalu Istighfar ( bertaubat ) maka Allah akan memberikan jalan keluar dari tiap-tiap kesulitan dan Allah akan memberikan dari tiap-tiap kegelisahan akan ketentraman dan Allah memberikan rezeki dari arah yang tak diduga-duga.
(Astaghfirullahal-‘Azhiim) ... Demikian hendaknya sehingga menjadi kebiasaan kita selalu ber-Istighfar (taubat) yang memudahkan cahaya (Nuur) petunjuk dan pertolongan Allah Swt kepada kita.
Ketahuilah, tak ada yang lebih dekat kepadamu kecuali dirimu sendiri. Jika kau tidak mengetahui dirimu sendiri, bagaimana bisa mengetahui yang lain. Pengetahuanmu tentang diri sendiri dari sisi lahiriah, seperti bentuk muka, badan, anggota tubuh, dan lainnya sama sekali tak akan mengantarmu untuk mengenal Allah. Sama halnya, pengetahuanmu mengenai karakter fisikal dirimu, kalau lapar kamu makan, kalau sedih kamu menangis, dan kalau marah kamu menyerang, bukanlah kunci menuju pengetahuan tentang Allah.
Kegagalan untuk melihat kebaikan dalam peristiwa yang dialami seseorang muncul dari hilangnya keimanan seseorang. Kegagalannya untuk memahami bahwa Allahlah yang menakdirkan setiap kejadian dalam kehidupan seseorang, bahwa hidup di dunia ini tidak lain hanyalah ujian, inilah yang menghalangi dirinya untuk menyadari kebaikan apa pun dalam setiap peristiwa yang terjadi padanya.
… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
(al-Baqarah: 216)
Di dalam sebuah hadits Qudsy diterangkan: Barang-siapa selalu Istighfar ( bertaubat ) maka Allah akan memberikan jalan keluar dari tiap-tiap kesulitan dan Allah akan memberikan dari tiap-tiap kegelisahan akan ketentraman dan Allah memberikan rezeki dari arah yang tak diduga-duga.
(Astaghfirullahal-‘Azhiim) ... Demikian hendaknya sehingga menjadi kebiasaan kita selalu ber-Istighfar (taubat) yang memudahkan cahaya (Nuur) petunjuk dan pertolongan Allah Swt kepada kita.